Di sebuah pedesaan yang masih asri, terlihat seorang gadis tengah
berlari-lari sambil berteriak-teriak menuju rumahnya. Masih pagi, tapi
gadis itu berisik sekali. Penduduk heran melihat tingkah gadis itu,
satu dua ada yang menatapnya aneh. Bahkan ada yang tertawa.
Gadis itu terus berlari sambil berteriak sekencang-kencangnya. Ibu-ibu
yang setiap pagi membeli sayuran menatap aneh gadis itu. Satu dua ada
yang sibuk berbisik tentang tingkah gadis itu.
"UMIIIII... UMIIIII..." Sinka berlari-lari sambil berteriak-teriak.
"Ada apa atuh Sinka? Kok lari-larian gitu? Berisik, teriak-teriak gak
jelas." ujar ibunya.
"Teh Omi mau bunuh diri di pinggir sungai!" Sinka terlihat panik.
"Hah? Bohong kamu mah!" ibunya terlihat tidak percaya.
"Sinka mah enggak bohong! Liat aja ke sungai." ucap Sinka, seketika
Sinka dan ibunya pergi menuju sungai.
Sesampainya di sungai, alangkah terkejutnya mereka saat melihat Naomi
hendak terjun dari jembatan. Naomi berteriak-teriak tidak jelas.
Ternyata Sinka benar, Naomi memang hendak bunuh diri.
"JIKA ITU MAU KAMU!!! SAYA TEH RELA, LEBIH BAIK PILIH AJA WANITA ITU.
SAYA RELA, SAYA TEH SUNGGUH RELA. SELAMAT TINGGAL DUNIA!!!" Naomi
hendak melompat.
"NAOMI!!!" teriak ibunya histeris, Sinka terlihat panik saat itu.
"Eh? Ada apa atuh, umi?" Naomi turun dari jembatan, menghampiri Sinka
dan ibunya.
"Kamu teh kenapa? Kok mau bunuh diri? Di dunia ini masih banyak
laki-laki lain, Omi." ibunya mulai tenang saat ia berhasil memegangi
lengan anaknya itu.
"Eh? Bunuh diri? Enggak, salah paham umi mah." Naomi tertawa.
"Terus tadi kenapa? Segala teriak-teriak gitu, mau lompat lagi."
ibunya melepaskan pegangannya, terlihat bingung
"Iya, bunuh diri itu gak baik tau." Sinka cemberut.
"Iya, teteh juga tau. Tapi tadi mah akting doang, hehehe." Naomi terkekeh.
"HAH??? AKTING???" Sinka dan ibunya berucap hampir bersamaan.
"Iya, teteh teh mau jadi artis." Naomi tersenyum-senyum.
"Yaudah, jangan diulangi lagi. Bikin panik aja kamu mah, yuk ah
pulang." ibunya mengajak kedua anaknya pulang.
"Kalo mau belajar akting mah di rumah aja, jangan di jembatan. Entar
dikira mau bunuh diri lagi." sambung ibunya.
Keesokan harinya, Naomi kembali belajar akting. Kali ini didampingi
sahabatnya sendiri, Epul. Epul menyempatkan diri untuk membantu
sahabatnya. Mereka mencari seseorang yang bisa membantu Naomi belajar
akting.
Setelah orang itu ditemukan, mereka langsung menghampirinya. Orang itu
sedang duduk-duduk di pinggir jalan pedesaan. Biasanya ia
berjalan-jalan, atau mungkin tiduran di alun-alun desa. Ya, ia adalah
orang gila.
"Kalo mau belajar akting mah harus sama ahlinya." ucap Epul.
"Siapa ahlinya?" tanya Naomi.
"Tuh, yang disana." Epul menunjuk seseorang dengan bibirnya, memajukan
sedikit bibirnya.
"Sinting! Masa sama orang gila?" Naomi menatap Epul.
"Eh, Omi mah gak tau. Ekspresi orang gila itu alami, sering dipake di
pilm-pilm." wajah Epul terlihat serius.
"Ah masa sih?" Naomi tidak percaya.
"Ish, Omi mah gak percaya. Gini aja, Epul pegangin tangan orang gila
itu. Terus Omi liatin wajahnya, simak ekspresi alaminya!" Epul
tersenyum menatap Naomi.
"Iyalah, terserah Epul aja." Naomi dan Epul menghampiri orang gila itu
dari belakang.
"Siap?" tanya Epul.
"Siap!" jawab Naomi, lalu Epul memegangi tangan orang gila itu.
Naomi langsung memperhatikan wajah orang gila itu setelah Epul
berhasil memegangi lengannya. Orang gila itu terus meronta-ronta.
Sesekali ia tertawa menatap Naomi yanh hendak memperhatikan
ekspresinya.
"Susah, dia gak mau diliat. Dia ketawa mulu!" Naomi gagal menyimak
ekspresi orang gila itu.
"Usaha atuh! Cepet, Epul udah gak kuat lagi!" ucap Epul.
"KABUR!!!" Epul melepaskan pegangannya, lantas berlari meninggalkan Naomi.
"Eh, tunggu!" Naomi berlari menyusul Epul, diikuti oleh orang gila itu.
To Be Continued..................
Story By : @RusdiMWahid
Terimakasih Buat @RusdiMWahid sudah mau menyumbangkan Ceritanya di JKT48 Story! buat kalian yang ingin menyumbangkan cerita juga bisa klik Link berikut : Kirim FanFict Ditunggu ceritanya!~
- JKT48 STORY TEAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar