Mereka semua sadar bahwa yang terjadi pada mereka bukanlah sebuah
kebetulan.
kebetulan.
tapi perbuatan pria yang sedang mereka lihat. Satu-satunya
cara agar mereka bisa pulang adalah dengan melewati gapura yang ada
dibelakang orang yang telah membunuh kedua teman mereka.
"Kamu mau apa?" tanya Ve.
"Naomi!" jawabnya.
"Aku?" Naomi merasa bingung karna dia bahkan tak mengenal pria itu.
"Kalian boleh pergi asal Naomi tetap disini!" ucapnya.
"Kak jangan dengerin, kita semua akan pulang!" bisik Rusdi kepada kakaknya.
"Kakak juga enggak mau jika harus bersama pria itu." jawab Naomi.
"Berhenti berbisik dan cepatlah kemari Naomi!" pria itu kesal melihat
Naomi dan Rusdi berbisik tentang sesuatu.
Dendhi melempar pria itu dengan batu hingga membuatnya jatuh
tersungkur.
cara agar mereka bisa pulang adalah dengan melewati gapura yang ada
dibelakang orang yang telah membunuh kedua teman mereka.
"Kamu mau apa?" tanya Ve.
"Naomi!" jawabnya.
"Aku?" Naomi merasa bingung karna dia bahkan tak mengenal pria itu.
"Kalian boleh pergi asal Naomi tetap disini!" ucapnya.
"Kak jangan dengerin, kita semua akan pulang!" bisik Rusdi kepada kakaknya.
"Kakak juga enggak mau jika harus bersama pria itu." jawab Naomi.
"Berhenti berbisik dan cepatlah kemari Naomi!" pria itu kesal melihat
Naomi dan Rusdi berbisik tentang sesuatu.
Dendhi melempar pria itu dengan batu hingga membuatnya jatuh
tersungkur.
Dia pun langsung menarik teman-temannya. Pria itu mengelap
darah yang mengucur dari luka akibat lemparan batu tadi, dan
kemarahannya semakin memuncak saat melihat para kobannya berlari
menjauh. Dia pun mengambil parangnya yang terjatuh dan mengejar
mereka.
"Cepat pria itu datang!" Rusdi panik melihat pria itu mulai mengejar mereka.
Melody yang tertinggal paling belakang karna menggendong mayat adiknya
jatuh tersandung batu.
darah yang mengucur dari luka akibat lemparan batu tadi, dan
kemarahannya semakin memuncak saat melihat para kobannya berlari
menjauh. Dia pun mengambil parangnya yang terjatuh dan mengejar
mereka.
"Cepat pria itu datang!" Rusdi panik melihat pria itu mulai mengejar mereka.
Melody yang tertinggal paling belakang karna menggendong mayat adiknya
jatuh tersandung batu.
Melody berdiri dan menggendong kembali adiknya,
tapi pria yang mengejar mereka menebas leher Melody tanpa ampun. Dan
kembali mengejar sisa buruannya. Mereka berlima sampai di sebuah jalan
raya, tapi tak ada satupun kendaraan yang lewat. Jalanan yang sepi dan
pembunuh yang mengejar mereka dengan parang. Dengan kenyataan itu
Gracia menyerah.
"Gre ayo bangun!" ucap Ve yang menarik tangan Gre agar dia kembali berdiri.
"Untuk apa? Kita juga bakalan mati disini!" ucap Gre putus asa.
"Dia benar, lebih baik terima nasib. Paling tidak ini akan berakhir
dengan cepat." Rusdi yang juga putus asa duduk disebelah Gracia.
"Rusdi bangun! Kamu enggak boleh nyerah!" Naomi mencoba membangkitkan
kembali semangat adiknya.
"Udah ah mending tidur." Rusdi pun membaringkan tubuhnya diatas aspal.
"Dek bangun! Ayo bangun!" Naomi terus berusaha membangunkan adiknya.
Pria itu akhirnya berhasil mengejar mereka, dan saat dia melihat
mereka semua putus asa dia sangat senang.
"Naomi mending kamu ikut aku dan mereka semua bisa selamat!" pria itu
dengan santai berjalan mendekati buruan nya.
"Naomi jangan!" ucap Ve, tapi Naomi melihat Gracia dan adik nya
sendiri yang sudah putus asa.
"Baiklah, aku ikut sama kamu!" ucap Naomi yang hanya ingin adiknya selamat.
"Akhirnya!" ucap pria itu senang.
Dia pun berjalan menghampiri Naomi karna dia merasa sudah menang. Pria
itu menjambak rambut Naomi dan langsung menciumnya. Ve ingin membantu
Naomi, tapi Naomi memberi sinyal tangan agar membiarkannya. Ve hanya
bisa melihat perlakuan kasar pria itu terhadap Naomi. Pria itu
menjambak, menampar dan memaki Naomi. Dia sangat ingin membantu
temannya itu, tapi Naomi sendiri yang menolak nya. Ve sudah tak tahan
lagi melihat perlakuan pria itu dan mengambil batang kayu yang ada di
pinggir jalan.
"Ve pergi sana!" bentak Naomi yang melihat Ve ingin membantunya.
"Dengarkan perkataan orang yang menyelamatkan nyawa kalian!" ucap pria itu.
"Tapi naomi…" Ve berhenti berbicara saat dia melihat jari Naomi
menunjuk kearah jalan.
Sebuah truk sedang menuju kearah mereka dan pria itu tak menyadarinya.
Ve dengan cepat menarik Rusdi dan Gracia ke pinggir jalan.
tapi pria yang mengejar mereka menebas leher Melody tanpa ampun. Dan
kembali mengejar sisa buruannya. Mereka berlima sampai di sebuah jalan
raya, tapi tak ada satupun kendaraan yang lewat. Jalanan yang sepi dan
pembunuh yang mengejar mereka dengan parang. Dengan kenyataan itu
Gracia menyerah.
"Gre ayo bangun!" ucap Ve yang menarik tangan Gre agar dia kembali berdiri.
"Untuk apa? Kita juga bakalan mati disini!" ucap Gre putus asa.
"Dia benar, lebih baik terima nasib. Paling tidak ini akan berakhir
dengan cepat." Rusdi yang juga putus asa duduk disebelah Gracia.
"Rusdi bangun! Kamu enggak boleh nyerah!" Naomi mencoba membangkitkan
kembali semangat adiknya.
"Udah ah mending tidur." Rusdi pun membaringkan tubuhnya diatas aspal.
"Dek bangun! Ayo bangun!" Naomi terus berusaha membangunkan adiknya.
Pria itu akhirnya berhasil mengejar mereka, dan saat dia melihat
mereka semua putus asa dia sangat senang.
"Naomi mending kamu ikut aku dan mereka semua bisa selamat!" pria itu
dengan santai berjalan mendekati buruan nya.
"Naomi jangan!" ucap Ve, tapi Naomi melihat Gracia dan adik nya
sendiri yang sudah putus asa.
"Baiklah, aku ikut sama kamu!" ucap Naomi yang hanya ingin adiknya selamat.
"Akhirnya!" ucap pria itu senang.
Dia pun berjalan menghampiri Naomi karna dia merasa sudah menang. Pria
itu menjambak rambut Naomi dan langsung menciumnya. Ve ingin membantu
Naomi, tapi Naomi memberi sinyal tangan agar membiarkannya. Ve hanya
bisa melihat perlakuan kasar pria itu terhadap Naomi. Pria itu
menjambak, menampar dan memaki Naomi. Dia sangat ingin membantu
temannya itu, tapi Naomi sendiri yang menolak nya. Ve sudah tak tahan
lagi melihat perlakuan pria itu dan mengambil batang kayu yang ada di
pinggir jalan.
"Ve pergi sana!" bentak Naomi yang melihat Ve ingin membantunya.
"Dengarkan perkataan orang yang menyelamatkan nyawa kalian!" ucap pria itu.
"Tapi naomi…" Ve berhenti berbicara saat dia melihat jari Naomi
menunjuk kearah jalan.
Sebuah truk sedang menuju kearah mereka dan pria itu tak menyadarinya.
Ve dengan cepat menarik Rusdi dan Gracia ke pinggir jalan.
Naomi terus mengalihkan perhatian pria itu. Dan saat suara klakson truk itu
terdengar nyaring bertanda sudah sangat dekat. Naomi menendang pria
itu tepat kearah truk yang sedang melaju kencang.
itu tepat kearah truk yang sedang melaju kencang.
Pria itu terbang kearah semak-semak. Mereka menjelaskan semua kepada supir truk itu dan
meminta untuk diantar pulang.
meminta untuk diantar pulang.
Pemakaman teman mereka yang meninggal di
Hutan itu dilaksanakan keesokan harinya. Butuh waktu bagi mereka semua
untuk memulihkan keadaan psikologisnya, tapi akhirnya mereka semua
kembali kesekolah. Tentu saja kisah itu sudah menyebar keseluruh
sekolah. Guru yang mengajar dikelas Rusdi dan Dendhi membiarkan mereka
untuk tidak belajar dahulu dan memperbolehkan mereka hanya untuk duduk
di kelas.
"Chris kamu udah sembuh?" tanya seorang siswa di belakang kelas.
"Belum sepenuhnya sih." jawab chris.
"Tapi gila ya kamu selamat setelah ditabrak truk!" ucap siswa itu lagi
"Dokter juga bilang itu keajaiban." jawab Chris.
"Suara itu?" ucap Rusdi yang mendengar pembicaraan yang dilakukan oleh
dua orang temannya itu.
"Suara yang di Hutan!" sambung Dendhi.
"Si pembunuh!" ucap Rusdi dan Dendhi bersamaan.
Mereka pun berbalik dan melihat Chris sedang tersenyum kearah mereka.
THE END
Hutan itu dilaksanakan keesokan harinya. Butuh waktu bagi mereka semua
untuk memulihkan keadaan psikologisnya, tapi akhirnya mereka semua
kembali kesekolah. Tentu saja kisah itu sudah menyebar keseluruh
sekolah. Guru yang mengajar dikelas Rusdi dan Dendhi membiarkan mereka
untuk tidak belajar dahulu dan memperbolehkan mereka hanya untuk duduk
di kelas.
"Chris kamu udah sembuh?" tanya seorang siswa di belakang kelas.
"Belum sepenuhnya sih." jawab chris.
"Tapi gila ya kamu selamat setelah ditabrak truk!" ucap siswa itu lagi
"Dokter juga bilang itu keajaiban." jawab Chris.
"Suara itu?" ucap Rusdi yang mendengar pembicaraan yang dilakukan oleh
dua orang temannya itu.
"Suara yang di Hutan!" sambung Dendhi.
"Si pembunuh!" ucap Rusdi dan Dendhi bersamaan.
Mereka pun berbalik dan melihat Chris sedang tersenyum kearah mereka.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar