Melody kemudian Memegang Tangan Dhike dengan Erat,
KRAKK..KRAKK...... Suara retakan kembali terdengar " Kak melody Lari lah
Selamatkan diri kakak, jangan sampai kakak mati karena cuma duduk disini melihatiku
seperti itu".
tangan Melody mulai
menguat mengenggam Tangan Dhike" Kakak gabakal Ninggalin kamu
disini.." Balas Melody " Kakak
akan menyelamatkanmu" Melody pun mulai berdiri dan berusaha mengangkat
runtuhan Batu yang menimpa kaki Dhike " Kak.....ga ada kesempatan"
Dhike mulai meronta menolak pertolongan Dari Melody "Kamu itu kenapa sih!
kakak gamau kehilangan kamu seperti kehilangannya yang lainnya! kakak gamau
melihat orang yang kakak Sayang Mati didepan mata kakak sendiri!" Bentak
Melody yang masih terus mengangkat puing puing.
Dhike Diam Membisu Air matanya
mulai mengalir, Puing puing pun kembali berjatuhan.
"Ka jangan berbuat yang sia sia hanya karena
aku.."
" Tidak ada yang sia sia kita pasti bisa" Melody
pun Akhirnya mengangkat reruntuhan
Terakhir yang menimpa kaki dhike dan mengangkat
dhike untuk berusaha berdiri "Ugh...kakiku..." Pinta Dhike, Mata Melody tertuju melihat pergelangan kaki kirinya
"Patah....kakinya patah.." Kata Melody dalam Hati.
Dhike cepet naik ke punggungku!" Perintah Melody,
"Maafin aku ya kak..." Balas Dhike yang langsung naik ke punggung
Melody "Pegangan Yang Erat!" Melody mulai berusaha untuk Berlari.
dan kini satu satunya Pikiran yang terlintas dipikiran
melody adalah mencari jalan keluar, Melody mulai berlari melewati setiap lorong
“Ah ketemu!” Dengan cepat melody menghampiri Pintu Emergency dan dia terkaget
kaget saat membuka pintu “ Jeje! Naomi! Kalian tidak apa-apa?” Tanya Melody
dengan muka haru.
Jeje hanya terdiam dan tidak membalas pertanyaan Melody, “ Ya
kami tidak apa- apa..” Jawab Naomi. “Bagaimana dengan yang lainnya?” Tanya
Melody lagi.
“ Entalah.. saat gedung mulai runtuh kami berlari dan berpencar”
Jelas Naomi. Mata Melody tertuju kearah Jeje dilihat dari ekspresinya
sepertinya jeje depresi berat jadi Melody mulai menahan Dirinya untuk melakukan
pertanyaan-pertanyaan Seputar peristiwa barusan.
“ Dhike? Kakimu kenapa?” Tanya
Naomi. “ Kakinya sepertinya Patah” Jawab Melody dengan spontan” Naomi Terus
tertuju melihat pergelangan kaki Dhike yang bentuknya sudah tak karuan “Coba
saja ada perban..” Lesu Naomi.
Mendengar Kata “Perban” Tiba tiba Dhike Teringat
akan Satu hal Ya! Perban yang dia beli untuk Nabilah Sontak Mata dhike mulai
meneteskan air mata “Bodohnya aku…. andai saja aku tepat waktu yang lain pasti
tidak akan menungguku dan mereka akan selamat dari Reruntuhan bangunan
itu…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………Nabilah!....................................................Nabilah!......................................................BangunNabilah!!................................................................(Ngg..?Dimana ini?...)…………………Nabilah Bangun!.............................(Apa
aku sudah mati?)……………………….Nabilah!! Sadarlah!!........(Suara ini?)…….(Kak
Ghaida?)……………….(Kak ve?)…..(syukurlah mereka berdua masih
hidup….)…...........Bersiap siap aku akan menekan dadanya 1…2….3!.........DDUUUAAGGGG!!!.
“Akhhh….dimana ini” Nabilah seketika terbangun dari
pingsannya dan mulai merasakan sakit ditangan kirinya “Ukhh…Tanganku…Mati
rasa”.
“Syukurlahhhh….Dia masih hidup ve!” Ghaida mulai
menghembuskan nafas panjangnya pertanda bahwa pikirannya sudah lega sekarang.
“Baiklah kalau begitu kita mesti keluar dari sini” Kata Ve sambil mencoba
membantu Nabilah untuk berdiri, Namun Nabilah malah kembali Terjatuh sepertinya
pikirannya masih syok, Diliat dari wajahnya sepertinya dia tidak mempunya
tenaga lagi untuk bergerak “Ini dimana?” Tanya Nabilah “Kita di Theater..”
Jawab Ghaida.
Nabilah Mendadak kaget Mendengar jawaban Dari ghaida kemudian dia
mulai melihat sekeliling panggung yang terbelah dua, Kursi Penonton yang rusak
tak karuan, Bahkan akses jalan menuju backstage dan pintu keluar tertimbun
reruntuhan bangunan “Bagaimana caranya kita bisa keluar dari sini? Itulah
pertanyaan yang ingin nabilah tanyakan saat ini.
JDUUMMMMMMMMMMMMM……..JDDUAAARRRR!!!!!!!!!!!
Ledakan kembali terdengar namun ledakan kali ini lebih
dahsyat, “Sebenarnya ledakan apa itu?!!” Tanya Ve panik “Entalah!! Yang jelas kita harus keluar dari sini, aku
rasa ledakannya berada disekitar sini!” Jawab Ghaida dengan nada cepat.
Akhirnya mereka bertiga dengan nekat meloncat dari jendela Theater menggunakan
parasut dan seketika Gedung Fx Runtuh…………….
Dari langit Ve mendengar suara mesin yang suaranya sangat
bising sekali, Bergerak dengan cepat, dan
bermanuver di udara ternyata itu adalah sekumpulan pesawat Jet Tempur Tapi?
Untuk apa ada jet tempur disini?. Jet tempur itu Mengarah ke Stadion Gelora
Bung Karno “ jadi pusat ledakannya di gbk?!” Kaget Nabilah.
“ Kita sedikit lagi
akan turun bersiap siap!” dengan kuat ghaida mengarahkan kemudi parasut ke kiri
dan turun Tepat di Gedung Pendidikan.
“ Sekarang apa?” Tanya Ve ke Ghaida
“ Lari sejauh mungkin dari sini” Jawab Ghaida.
“Apa itu?!” Tanya Nabilah sambil menujuk ke arah Gedung
pendidikan yang akan rubuh menimpa mereka bertiga.
“Gawat Gedungnya!” Teriak Ghaida. “Bukan gedungnya!” Bantah
Nabilah “Ada sesuatu yang besar menabrak gedung itu” Lanjut Nabilah. “Lanjutkan
Ngobrolnya nanti saja, sekarang kita harus lari dari sini sebelum Tertimpa”
Perintah Ve sambil menarik tangan Nabilah dan Ghaida.
Nabilah masih terheran
heran mahluk apa yang barusan lewat sehingga Membuat Gedung yang besar itu
hancur seketika, Saat dia menoleh untuk memastikan keberadaan mahluk itu, Namun
asap asap mulai menutupi pengelihatannya “Sial….mahluk itu menghilang” Kesal
Nabilah dalam Hati.
“ Kenapa sampai ada pesawat Tempur segala ya?” Tanya Ghaida
ke Ve “Entalah mungkin itu bom teroris” Jawab Ve “Bukan! ini bukan Bom
terrorist” Jawab Nabilah spontan “ Bagaimana bisa mereka menghancurkan 1
stadion GBK Yang begitu besarnya” Lanjut Nabilah. “Mungkin saja” Kata Ghaida
dengan nada tak yakin.
To Be Continued..................................................
- JKT48 STORY TEAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar