Saat ini aku dan adikku Vita berada di Jepang untuk melanjutkan pendidikan di sebuah universitas ternama. Kebetulan disana sedang musim dingin, suatu hari saat salju turun dengan lebatnya aku hanya bisa menatap dari jendela.
Deni: “Huh… hari ini saljunya lebat sekali. Aku tidak bisa main boneka salju nih” keluhku.
Meski aku tidak menyukai salju yang turun dengan lebatnya tapi aku menyukai dengan salju sejak pertama kali berkunjung ke Jepang.
“Sejak aku datang ke Jepang dan salju mulai turun aku bisa merasakan keindahan salju meski ditengah dinginnya udara yang menusuk seluruh tubuh tapi aku sadar bahwa dengan salju aku bisa membuat sebuah manusia salju. Andai saja manusia salju itu hidup… aku ingin mengatakan padanya bahwa aku sedang kesepian dan aku ingin memiliki seorang gadis yang juga menyukai salju” itulah ungkapan selama ini sejak ke Jepang dibandingkan di Indonesia selain biayanya mahal di Indonesia tidak ada salju melainkan hanya hujan yang turun.
Saat aku termenung sambil menatap salju di jendela tiba-tiba adikku masuk untuk mengajak minum susu hangat.
Vita: “Kakak kenapa… kok kamu termenung sambil menatap salju di jendela?”
Deni: “Gak ada apa-apa kok. Kakak hanya menatap salju yang indah”
Vita: “Ya udah ke meja makan yuk… kebetulan Vita buatkan susu hangat untuk kakak”
Deni: “Ayo”
Saat aku sedang menikmati susu hangat aku memutuskan untuk mengajak Vita makan malam di warung makanan khas Jepang
Deni: ”Oh iya nanti malam kita keluar yuk kebetulan kakak mau makan ramen nih kan kalau dingin-dingin seperti ini kan enaknya makan ramen”
Vita: “Ya deh Vita juga mau ikut kakak. Kebetulan Vita pengen makan mie udon”
Deni: “Hehe… pengen ya? Ya udah nanti kakak belikan deh”
Vita hanya tersenyum saja
Setelah hujan salju mulai mereda dan kebetulan jam makan malam, kami memutuskan untu pergi ke warung makanan khas Jepang. Aku memutuskan untuk makan mie ramen sementara Vita memesan mie udon yang dia inginkan sejak awal.
Deni: “Oh iya setelah makan malam nanti jalan-jalan yuk. Siapa tahu ada komik-komik murah kebetulan kakak mau mencari komik Sailor Moon”
Vita: “Wah, Vita juga pengen komik itu. nanti kita baca sama-sama ya”
Deni: “Ya deh, untuk kakak mah apa sih yang nggak untuk adik seperti Vita”
Kami memutuskan untuk pergi ke toko buku. Kami telah menemukan komik yang telah menjadi incaran dan kebetulan komik tersebut merupakan seri terbaru.
Setelah pergi membeli komik di toko buku, Kami memutuskan untuk pergi ke taman ya kebetulan lagi bermalam minggu jadi kami menghabiskan waktu di taman selain hanya duduk-duduk santai juga menemukan teman baru disana. Saat kami duduk-duduk santai,aku melihat seorang gadis yang sedang membuat boneka salju bersama seseorang disana dan kami memutuskan untuk menghampirinya.
Deni: “Hai… nama kamu siapa?”
Diasta: “Hai aku Diasta kamu bisa panggil aku Nyash dan ini kakakku Rica Leyona”
Deni: “Hai Nyash dan Rica senang bisa bertemu dengan kalian berdua… namaku Deni dan ini adikku Vita. Oh iya kalian suka membuat boneka salju ya?”
Diasta: “ Iya… kami berdua memang suka membuat boneka salju”
Rica: “Nyash dan aku suka membuat boneka salju sejak tinggal di Jepang jadi saya sangat menyukainya”
Vita: “Oh… wah kalian berdua memang orang yang beruntung ya memiliki kakak beradik yang memiliki selera yang sama. Kami berdua juga menyukai membuat boneka salju karena dia sangat imut”
Deni: “Oh iya… kami berdua pamit pulang ya. Sekali lagi aku senang bisa kenal kalian berdua”
Diasta: “Ya sama-sama… oh iya kapan-kapan main ke rumahku ya rumahku gak jauh dari taman ini kok kalian hanya tinggal jalan menuju arah utara dari taman ini sekitar 500 Meter”
Kami hanya mengangguknya.
Pada keesokan harinya kami berdua berangkat ke kampus. Setibanya di kampus kami berdua melihat dua gadis yang kutemui di taman kemarin.
Deni : “Eh ketemu lagi sama kalian berdua… kalian kuliah disini ya?”
Diasta: “Iya kami memang kuliah disini… aku mengambil jurusan DKV sementara kakakku mengambil jurusan sastra Jepang”
Vita: “Wah aku juga mengambil jurusan sastra Jepang asyik aku satu fakultas sama kakakmu” (dengan ekspresi gembira”
Rica: “Hehe Vita…Vita kamu terlihat senang ya. Ya udah nanti masuk bareng yuk”
Deni: “ Ya udah kakak duluan masuk kelas ya sama Nyash”
Saat aku pergi menuju kelas bersama Nyash tiba-tiba saja jantungku berdetak kencang dari biasanya.
Deni: “Duh mengapa jantungku berdetak kencang ya padahal aku jarang mengalaminya. Apa aku sedang jatuh cinta? Ah baru sehari bertemu dengannya tapi sudah deg-degan” (keluhku dalam hati)
Diasta: “Kamu kenapa Den?”
Deni: “Hmm tidak ada apa-apa kok mungkin aku gugup untuk datang ke kampus ini”
Diasta: “Kamu tenang saja…. memang wajar kalau mahasiswa-mahasiswi baru bawaanya deg-degan. Aku pernah mengalaminya kok”
Aku hanya mengangguknya.
Deni: “Oh iya nanti malam jalan-jalan yuk. Nanti aku traktir kamu makan malam di warung makanan khas Jepang”
Diasta: “Hmm… gimana nanti malam kalian berdua datang ke rumahku kebetulan aku lagi memasak sushi dan tempura. Ya anggap saja sebagai upaya mempererat tali silaturahmi sahabat baru”
Deni: “Wah boleh juga tuh… nanti aku sampaikan ke Vita ya”
Setelah kami melakukan kegiatan di kampus dan sampai di rumah. Aku menceritakan semua kejadian di kampus dengan Vita.
Deni: “Vita… kakak tadi deg-degan lho di kampus”
Vita: “Lho kok kakak bisa deg-degan? Memang kenapa? Apa kakak tadi grogi ya dengan suasana di kampus?”
Deni : “Grogi sih iya tapi….. kakak mulai jatuh cinta dengan Diasta padahal baru sehari ketemu dengannya”
Vita: “Cieeeee…… kakak mulai suka nih sama Nyash. Ya tidak apa-apa sih kalau memang menyukai dia” (sambil tersenyum)
Deni: “Ah Vita ini…. Kakak kan jadi malu. Tapi dia mengajak kita untuk makan malam dirumahnya karena dia memasak sushi dan tempura” (sambil tersipu malu)
Vita: “Oh ya? Wah Vita suka sekali sama sushi. Jadi pengen kerumahnya”
Pada malam harinya kami berdua memutuskan untuk datang ke rumahnya Diasta untuk makan malam bersama sekaligus bersilaturahmi.
Vita: “Permisi… apa ada orang di rumah?” (sambil mengetuk pintu)
Rica: “Eh ada Vita dan Deni. Ayo masuk ke rumahku kebetulan Nyash sudah menyiapkan sushi dan tempura untuk makan malam bersama sekaligus bersilaturahmi”
Kami mulai masuk dan duduk bersama di ruang makan sambil menyantap sushi dan tempura buatan Diasta.
Diasta: “Gimana sushi dan tempura buatanku? Enak kan?”
Deni: “ Hmm… masakan buatanmu enak sekali. Aku tidak menyangka kamu bisa memasak juga”
Vita: “Iya… Vita juga suka sama masakan buatan kak Nyash”
Diasta: “Ya semua berkat Rica… sejak aku melihat kakakku sering memasak ya aku ingin sekali belajar memasak dan akhirnya kakakku mengajarkan aku memasak ya meski awalnya tidak enak tapi aku berusaha untuk tetap belajar memasak”
Vita: “Aku salut sama kakakmu yang mengajarkan kamu untuk memasak. Ya semoga saja nantinya kamu bisa memasak lebih baik untuk calon suamimu kelak”
Diasta: “Ah Vita ini bisa saja…” (sambil tersipu malu)
Deni: “Maafkan adik saya ya… maklum dia pengen sekali lihat kakaknya bahagia duluan daripada dia sendiri”
Rica: “Oh gak apa-apa kok… lagipula adik kamu terlihat polos ya menurutku sih wajar dalam masa-masa remajanya”
Deni: “Ya gue kan jadi gak enak tapi tidak apa-apa selama kalian tidak tersinggung” (dengan perasaan tidak enak)
Rica: “Untuk Vita tenang saja nanti kamu dapat jodoh kok… kakak hanya doakan saja untuk yang terbaik”
Vita: “Amin”
Setelah makan malam kami memutuskan untuk pulang ke rumah.
Rica: “Makasih ya sudah datang ke rumahku. Oh iya minggu depan kan Nyash berulang tahun yang ke 24 tuh. Nanti Vita datang ke rumahku ya sementara Deni ajak Nyash jalan-jalan atau ajak main boneka salju tapi kamu kalau bawa kado nanti titip sama adik kamu saja ya”
Kami hanya mengangguknya saja.
Sesampainya di rumah saya langsung mulai mendiskusikan dengan Vita tentang kado apa yang diberikan kepada Diasta.
Deni: “Hmm… ngomong-ngomong kado apa ya yang cocok untuk Nyash?”
Vita: “Apa saja boleh yang penting dia sangat menyukai kado dari kita”
Deni: “Iya sih… tapi kakak kan lagi gundah karena di sisi satunya kakak hanya berteman dengan Nyash dan di sisi lain saya mencintainya” (gundahku)
Vita: “Deni… cepat atau lambat kamu harus mengungkapkan perasaanmu kepadanya. Karena kalau terlalu lama nanti keburu diambil orang”
Aku hanya termenung
Deni: “Iya deh nanti kakak sampaikan pada Nyash”
Vita: “Nah gitu dong… ya udah kamu kasih kadonya bunga mawar merah saja ya”
Aku hanya mengangguknya
Pada hari ulang tahunnya Diasta, Aku dan Nyash memutuskan untuk membuat boneka salju bersama-sama di taman. sementara itu Vita dan Rica sedang mendekorasi ruangan rumahnya untuk memeriahkan ulang tahunnya Diasta
Deni: “Oh iya kamu ingin buat boneka salju seperti apa?”
Diasta: “Hmm… aku membuat boneka salju yang sebagus mungkin”
Deni: “Ya udah deh aku bantu kamu ya”
Aku dan Diasta sedang membuat boneka salju tapi semua berubah ketika aku iseng melempari bola salju yang mengenai badannya Diasta.
Diasta: “Ihh Deni… kamu jahil ya…. Aku balas kamu dengan bola salju ini” (gumam Diasta)
Tapi sayang lemparan bola saljunya Diasta meleset dan aku mulai mengejeknya.
Deni: “Yeee gue gak kena…. weeeekkkkk” (sambil menjulurkan lidahnya)
Diasta: “Deeeeniiiiiiii….. awas ya” (sambil membentuk bola salju)
Akhirnya timbulah perang bola salju hingga sore hari. Sementara itu Vita dan Rica telah menyelesaikan dekorasi ruangannya untuk pesta ulang tahunnya Diasta mulai dari kue serta lilin,kado, balon dan pita dan saat itu Vita memutuskan untuk menghubungiku untuk mengajak Diasta pulang ke rumahnya.
Deni:”Oh iya kita pulang yuk… hari sudah sore nih”
Diasta: “Iya nih… aku mulai lelah setelah main salju tadi”
Aku dan Diasta mulai menuju kerumahnya. Sesampainya Diasta di rumah dan mulai membuka pintu tiba-tiba…
Vita dan Rica:”Kejutan….”
Diasta pun sangat terkejut saat masuk ke rumahnya karena dia tidak tahu kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya.
Vita dan Rica: “Selamat ulang tahun Nyash”
Diasta: “Wah makasih ya atas kejutannya… aku tidak tahu sama sekali kalau aku sudah bertambah umurnya”
Rica memberikan sebuah kue ulang tahun lengkap dengan lilin diatasnya dengan angka 24 kepada Diasta
Rica: “Yuk buat permintaanmu dan tiup lilinnya”
Akhirnya Diasta telah membuat permintaaan serta meniup lilinnya
Lalu aku memberi sebuah kado kepada Diasta yaitu sebuket mawar merah kepadanya kalau aku benar-benar mencintainya.
Deni: “Untuk Nyash… aku sengaja memberi sebuket mawar merah untukmu karena aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Aku telah melihat seorang gadis yang memiliki paras dan hati putih seputih salju dan aku melihat seorang gadis yang pandai membuat sebuah boneka salju serta memasak. Apa yang dikatakan Vita benar jika suatu saat kamu bisa memasak lebih baik untuk calon suamimu kelak. Hmm…. Maukah kamu menjadi kekasihku?”
Diasta: “Untuk Deni… aku hanya bisa menjawab….. kalau aku mau menjadi kekasihmu. Aku senang memiliki seseorang yang juga menyukai boneka salju. Jadi mengapa aku harus menolaknya?”
Pada akhirnya aku dan Diasta telah resmi menjalin hubungan tepat di hari ulang tahunnya. Dan impian Vita untuk melihat kakaknya bahagia telah terwujud serta hubungan persaudaraan dengan Rica juga semakin erat.
THE END.
Story By : @Deni_Karisma
Terimakasih Buat @Deni_Karisma sudah mau menyumbangkan Ceritanya di JKT48 Story! buat kalian yang ingin menyumbangkan cerita juga bisa klik Link berikut : Kirim FanFict Ditunggu ceritanya!~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar