Our Blog

JKT48 Dunia Monster " Part 12 "





Pagi itu...




“...Akan kubelikan apa saja yang kau mau, asalkan kau mau berhenti menangis...”


Dalam keadaan panik, kata-kata itu tiba-tiba terlontar begitu saja dari mulut Donny.


Benar-benar tanpa sadar...


“Baiklah....    Kalau begitu.....” Dengan wajah yang serius, Yupi bersiap mengucapkan sesuatu.


“Gawaaaat...!!!” teriak Donny dalam hatinya.


Belum sempat Yupi mengatakan apa yang diinginkannya, namun perasaan Donny sudah terasa berdebar-debar, dan ekspresinya juga terlihat begitu panik. Tentu saja, semua itu karena Donny sangat takut kalau Yupi akan menggunakan kesempatan emas ini untuk memeras semua uangnya.


Ya, semua uangnya...


“Kalau begini uangku bisa habis sekali pakai. Gawat!! Gawat!! Gawat!!”



Seeett—!!!!



“Belikan aku es krim... Sekarang juga..!!”


Dengan suara yang cukup keras sembari mengarahkan jari telunjuknya kearah Donny, Yupi mengatakan sesuatu yang sama sekali tidak terpikir sebelumnya, bahkan benar-benar diluar dugaan Donny.


“E....eh—? ........Ba-Barusan kau bilang apa...?” Donny sangat kaget dan langsung bertanya kepada Yupi untuk memastikan kembali apa yang sudah didengarnya tadi.


“Hah? Jadi kau tidak dengar ya? Ku bilang belikan aku es krim! Kau sudah janji kan mau membelikan apa pun yang ku mau? Dan jangan lupa, aku mau yang rasa cokelat!” jawab Yupi.


“E-es krim..?? ....Barusan dia bilang es krim? Aku tidak salah dengar kan...?” tanya Donny dalam hatinya.


Donny benar-benar dibuat terkejut dengan permintaan Yupi barusan, dia juga kebingungan, entah apa yang saat itu sedang dirasakannya, semuanya tidak bisa dijelaskan begitu saja. Kaget, heran, bingung dan sebagainya, semuanya bercampur aduk menjadi satu.


Tidak heran kenapa Donny tiba-tiba jadi seperti itu, karena jika sedang panik, maka biasanya Donny selalu berpikir yang aneh-aneh atau bisa dibilang sangat berlebihan. Seperti tadi contohnya...


Jika seorang wanita mendapatkan sebuah kesempatan emas berupa penawaran akan dibelikan apa pun yang dia mau, mungkin wanita itu akan minta dibelikan 'pakaian bagus', 'perhiasan' atau 'apapun' itu yang mereka sukai, dan tentu saja dengan harga yang 'mahal'.


Mungkin seperti itulah yang sempat terlintas dipikiran Donny ketika dia sedang panik tadi.


Namun kenyataannya, perempuan yang saat ini sedang berada didepannya itu sangatlah berbeda dengan apa yang sudah dibayangkannya, karena Yupi hanya bilang... Belikan es krim.




Wuss! Plak! Plak! Plak!




Beberapa tamparan baru saja mendarat dengan sangat mulus dikedua pipi Donny. Yupi menggunakan sebuah cara yang bisa dibilang cukup ampuh untuk menyadarkan Donny yang saat itu tengah terdiam dengan ekspresi bingung yang masih terpampang diwajahnya.


“Hei... Kenapa kau hanya diam saja? Sadarlah!!”


“Eh...?”


“Kau lihat kedai es krim yang ada diseberang sana? Sebaiknya kita segera kesana, aku takut kalau sampai ada banyak pelanggan yang datang kesana, nanti kita tidak bisa dapat es krim dengan ukuran yang besar...”


 Yupi pun langsung memegang erat tangan Donny dan kemudian menariknya menuju kedai es krim yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat pertama mereka bertemu.


Dari tempat mereka berada, sudah terlihat kedai es krim yang ingin Yupi datangi itu bernama 'Gloria Ice Cream'. Meskipun hanya kedai, tetapi kedai itu termasuk salah satu tempat paling populer dikota tersebut dan yang paling sering dikunjungi orang-orang, khususnya anak-anak. Tidak heran kenapa ukuran kedainya juga cukup besar.


“Ah—?? He-hei.. Tunggu.. Berhenti menarikku seperti itu!”


“Tidak ada waktu lagi!!”


“Bukan itu... Maksudku berhentilah menarik tanganku seperti itu! Aku jadi terlihat seperti anak kecil tau!”


“Tidak mau! Nanti kau kabur!!”


“Eh? Kabur? ...Jadi kau pikir aku akan kabur?”


“Tentu saja!”


“Ja-jadi kau benar-benar berpikir seperti itu??!! Bukankah itu sama saja kau menganggapku sebagai orang yang tidak bisa dipercaya?? Oi—? Apa benar seperti itu?”


“.............”


“Jawablah?? Kenapa kau hanya diam saja?” Donny kembali bertanya, kali ini dengan nada suara yang lebih tinggi dari sebelumnya.


“Huh!” Sambil menyipitkan kedua matanya, Yupi pun langsung menatap tajam kearah Donny dengan tatapan mata yang hampir mirip seperti seorang anak kecil yang sangat tidak suka ketika dirinya ditanya terus menerus. Ekspresinya seolah berkata 'Kau ini banyak tanya sekali ya??!!'.


“Sudahlah! Tidak ada waktu lagi menjawab pertanyaanmu itu, yang penting sekarang kita harus cepat!” Yupi kembali menarik tangan Donny, kali ini lebih kuat dari sebelumnya.


“Eh...? Ka-kau ini semakin aneh saja... Kenapa kau sangat ingin membawaku kesana? Padahal kan ditempat lain juga ada?”


Donny merasa keberatan jika harus pergi ke kedai es krim yang ada disana, itu karena dari jauh dia sudah melihat ada empat orang anggota NED yang sedang bertugas didekat sana, lebih banyak dari sebelumnya. Dan tidak menutup kemungkinan, kalau didalam sana juga ada beberapa anggota lainnya, begitulah pikirnya.


Tiba-tiba, Yupi langsung berhenti menarik tangan Donny, kali ini dia terlihat sedikit kesal dengan ucapan Donny barusan. Sambil menguatkan cengkramannya ketangan Donny, Yupi pun berteriak dengan sekuat tenaganya.


“Tidak ada!! Pokoknya kita harus pergi ke kedai yang ada disana!! Kau sudah janji mau membelikan apapun yang ku mau kan?!! Itu berarti aku juga berhak memutuskan dimana tempatnya!! ...Aku sudah pernah dengar dari seseorang, kalau di kedai es krim yang itu, es krim cokelat spesial dengan ukuran besarnya hanya ada sedikit! Jadi kalau terlambat es krimnya bisa habis dibeli orang!! Lalu kalau sudah habis bagaimana? Apa kau bisa mencari es krim yang sama seperti dikedai itu ditempat lain...? Asal kau tau saja... Ditempat lain mana ada yang seperti itu tau..!! ”


“Eeh—?? Di-dia...” Donny tersentak kaget. Dia tidak menyangka kalau Yupi akan berteriak sampai seperti itu. Bisa dibilang, saat Yupi berteriak, maka dia lebih mirip seperti anak kecil yang melampiaskan semua kekesalannya begitu saja, benar-benar tidak enak didengar.


Dengan wajah masam, Donny bergumam didalam hatinya.


“Barusan aku tidak tahu mana yang lebih membuatku sakit... Apakah cengkramannya yang begitu kuat, atau teriakkannya tadi yang begitu menyakitkan ditelingaku? Sial... Bisa-bisanya dia menggunakan keduanya secara bersamaan... ”


“...Jadi, kedai yang itu ya?” sambungnya “Apa yang harus kulakukan? Disana ada empat orang anggota NED.. Kalau senjata yang ada didalam tas ku ini sampai ketahuan mereka, bisa gawat... Padahal tadi sudah berhasil lolos dari mereka, tapi kenapa harus mendekat lagi? Ini sih sama saja dengan pepatah 'keluar dari kandang singa, masuk kekandang buaya'.
...Terlebih lagi, harga es krim disana juga pasti mahal semua..”


“Lalu, dia ini...” Donny lalu mengalihkan pandangannya kearah Yupi yang ternyata masih terus menatapnya dengan tatapan yang bisa dibilang sangat serius. Yah, tidak bisa dipungkiri lagi, Yupi memang sangat serius menginginkan es krim.


“Haaaaah... Kenapa ini harus terjadi padaku ya? ” tanya Donny sembari meletakkan salah satu tangan kedahinya.


“Iya, iya, aku mengerti... Jadi kau memang mau makan es krim yang ada disana ya? Apa boleh buat, sepertinya memang tidak ada pilihan lain lagi... Ayo kita kesana!” ucap Donny yang akhirnya hanya bisa pasrah menerima ajakan Yupi.


Dan ekspresi Yupi pun tiba-tiba berubah, kali ini terlihat sebuah senyum yang indah dari wajahnya setelah mendengar kata-kata Donny barusan.


“Jadi sekarang kau tidak akan lari lagi kan...?”


“Sejak awal aku memang tidak pernah berpikir untuk lari tau!”


“Hihihi! Oke! Kalau begitu ayo pergi!”


Mereka berdua pun segera pergi menuju kedai es krim tersebut. Yupi terlihat sangat bersemangat dengan senyum ceria diwajahnya ketika sedang menarik tangan Donny, berbeda sekali dengan Donny yang saat itu terlihat begitu lesu. Tidak heran sih, karena memang sudah sangat lama Yupi menginginkan es krim rasa cokelat dengan ukuran besar yang ada dikedai es krim tersebut, bahkan lama sebelum bertemu dengan Donny.


Sejak awal datang ke kota Villian, Yupi memang belum pernah sekali pun berkunjung ke kedai tersebut, itu berarti, ini akan menjadi kali yang pertama untuknya.


Dan disisi lainnya, hari ini benar-benar menjadi hari yang tak terduga untuk Donny. Yang awalnya hanya ingin mencari tempat penginapan saja, ternyata malah bertemu dengan seorang gadis kecil bertopi putih yang sama sekali tidak dikenalnya, dan lebih parahnya lagi, sekarang Donny harus mau membelikan Yupi es krim dengan uangnya sendiri.


[Alasan kenapa saat itu Yupi memakai topi, adalah untuk menyembunyikan wajahnya dari penduduk kota Villian yang mungkin saja sudah sangat mengenalnya. Karena jika sampai terlihat, mungkin bisa membuat kehebohan dikota tersebut. Wajar saja karena sebelumnya Yupi adalah seorang putri kerajaan yang sangat terkenal, dan tentu saja Yupi tidak mau kalau hal seperti itu sampai terjadi.]



**Gloria Ice Cream**



Mereka berdua akhirnya tiba di kedai es krim tersebut. Donny benar-benar waspada dengan area sekelilingnya, terlebih lagi dengan keberadaan empat orang anggota NED yang sedang bertugas didekat sana. Donny juga masih belum tahu apa yang ada didalam kedai, karena kaca bagian depannya berwarna gelap, sehingga susah sekali melihat apa yang ada didalam kedai dari luar.


Donny mulai mendorong pintunya dengan perlahan, dan mencoba menahan sekuat tenaga rasa takut yang tengah dirasakannya saat itu, sementara Yupi masih menunggu dibelakangnya.


Perasaan Donny kembali berdebar-debar ketika dia mulai melangkahkan satu kakinya kedalam kedai. Keringat terlihat mengalir dipelipisnya, beberapa kali dia menelan ludah, dan jantungnya juga terus berdegub kencang, itu semua karena hal paling menakutkan yang terus dipikirkannya sejak tadi, yaitu adanya anggota NED yang lain didalam kedai itu.




Namun ternyata....




Pemandangan pertama yang dilihat oleh mereka berdua saat memasuki kedai adalah pemandangan yang benar-benar tak terduga. Bukan karena ada anggota NED didalam sana, melainkan karena 'semua' yang ada didalam sana... Bagaimana tidak, setiap interior dikedai tersebut di desain dengan begitu unik, dan ada banyak sekali anak kecil yang terlihat didalam sana, mereka ada dimana-mana, dan jumlah mereka juga sangat banyak.


Bagian dalam kedai sungguh berbeda dengan luarnya, karena didalamnya terdapat berbagai macam hiasan, lukisan, serta pernak-pernik lain yang tersusun dengan sangat rapi dan indah. Namun, indah yang dimaksud sepertinya hanya berlaku untuk anak-anak dan perempuan saja.


Merah, putih, ungu, kuning, hijau, pink, dan biru! Semua warna berkumpul menghiasi setiap bagian dinding kedai, sehingga membuat seluruh bagian dalam kedai benar-benar terasa penuh dengan warna.


Berbagai macam boneka besar seperti kuda poni, beruang, kelinci dan lumba-lumba tersusun dengan sangat rapi disetiap sudut ruangan. Dan beberapa pelayan dengan seragam yang mungkin bisa dibilang -Lucu- juga terlihat berkeliaran sambil membawa beberapa pesanan kemeja-meja yang ada didalam kedai.


“Eeeeeeeehhhhh—!!!!!!!”


Terkejut! itulah reaksi pertama yang diperlihatkan Donny. Teriakkannya barusan benar-benar menggambarkan betapa terkejutnya dia.


“Whaaaaaaaaa!!! Indah sekaliii!!!”


Sementara Yupi benar-benar terlihat kagum setelah ia melihat apa yang ada didalam kedai.


“Indah apanya..??!! Tempat macam apa ini? Kau sudah membawaku ketempat yang benar-benar menyeramkan... Ini keterlaluan...! Aku benar-benar terlihat seperti anak kecil tau!!”


“Yang begini sih... Daripada kedai, tempat ini lebih cocok disebut klub anak-anak...” sambungnya.


“Diamlah...! Bisakah kau menghentikan ocehanmu itu...?” Tanpa membuang waktu lagi, Yupi pun langsung menarik tangan Donny dengan sekuat tenaganya. Menariknya kesebuah meja kosong yang ada dipojok ruangan.


Sempat terjadi tarik menarik diantara mereka berdua ketika Yupi terus berusaha 'menyeret' Donny kesebuah meja yang kosong... Dan dengan penuh perjuangan, Yupi pun akhirnya berhasil membawa Donny kemeja tersebut.


“Selamat datang di G.I.C! Silakan, kalian mau pesan apa?” tiba-tiba, seorang pelayan cantik berpakaian kostom sapi putih dengan beberapa corak hitam bertanya dengan senyum ceria kepada mereka berdua.


“Tidak, kami tidak jadi pesan. Kami mau pulang saja..” jawab Donny.


“Eh?!! Hei, tunggu dulu! Kau sudah janji tidak akan lari lagi kan?”tanya Yupi sembari menahan tangan Donny agar dia tidak pergi.


“Mmm... Kami berdua sama-sama pesan yang ini... Es krim cokelat spesial dengan ukuran besar. Eee.. masih ada kan..?” tanya Yupi sembari menunjuk es krim yang ada dibuku menu.


“Dua es krim cokelat spesial dengan ukuran besar? Wah kalian beruntung! Tentu saja, masih ada kok! Tunggulah sebentar.. Dan pesanan kalian akan segera datang!!” pelayan itu lalu pergi untuk membuatkan pesanan mereka berdua.


“Huh! Hampir saja kau lari!” gumam Yupi sembari menatap kesal kearah Donny.


“Di-dia ini... Kenapa hanya demi es krim dia sampai menahanku seperti ini ya?” tanya Donny dalam hatinya.


Tak berapa lama setelah itu, pelayan pun akhirnya datang membawakan dua mangkuk es krim cokelat dengan ukuran besar yang sudah dipesan tadi untuk diberikannya kepada mereka berdua. Yupi sendiri benar-benar terlihat sangat bersemangat, dia juga sudah tidak sabar lagi menikmati es krim tersebut.


“He-hei.. Boleh aku bertanya? Apa setiap hari kedai ini selalu dipenuhi anak-anak?” karena penasaran, Donny pun coba bertanya kepada pelayan tersebut.


“Yap, itu benar.. Sekarang baru jam 11 pagi, itu berarti masih waktu khsusus untuk anak-anak. Setiap pukul 09.00 sampai 11.30 pagi, kedai ini selalu dibuka khusus untuk anak-anak. Tapi kami juga tidak melarang orang dewasa untuk masuk. Yang dimaksud dibuka khusus untuk anak-anak adalah, harga es krim dikedai ini dijadikan setengah harga, tetapi hanya berlaku untuk anak-anak saja, agar mereka tidak merasa kemahalan saat membeli es krim di kedai ini. Terlebih lagi, kami juga menyediakan game gratis untuk anak-anak.. Seperti memasukkan bola kedalam ring yang ada disana. Kalau masuk maka akan mendapatkan hadiah, tergantung ada berapa bola yang masuk. Semakin banyak memasukkan, maka semakin besar juga hadiah yang didapat...”


Pelayan itu kembali melanjutkan...


“Owh iya.. Kalian berdua mau jadi 'Anggota'? Kalau mau kalian akan diberikan sebuah kartu member, gratis loh! Dikartu itu tersedia 10 kotak kosong yang siap diberi stempel setiap kali kalian memesan es krim. Jika sudah 10x memesan, maka kartu itu bisa ditukarkan, dan kalian akan mendapatkan hadiah berupa 2x makan es krim gratis! Bagaimana, kalian mau?”


Donny terdiam dengan mulut menganga ketika mendengar penjelasan dan ajakan dari pelayan tersebut. Dia juga tidak menyangka kalau ada pelayanan seperti itu dikedai tersebut.


“Ti-tidak, terimakasih... Sepertinya itu tidak perlu. Karena aku cuma pendatang baru dikota ini, dan mungkin dalam beberapa hari kedepan aku dan teman-temanku akan meninggalkan kota ini.” jelas Donny.


“Ooh! Jadi kau pendatang baru ya? Hmm.. Meskipun cuma sebentar, tapi kuharap kalian suka dengan semua yang ada kota ini. Dan semoga kalian juga betah dikota ini ya??!! Baiklah, kalau begitu, selamat menikmati es krimmu...”


Pelayan itu pun pergi meninggalkan mereka berdua.


“Haaaaah... Tidak kusangka, ternyata kedai ini memiliki pelayanan seperti itu...” gumam Donny sembari menghela nafas panjang. Dan ketika Donny mau menikmati es krimnya itu, tiba-tiba..


“Eh—? Mana es krimmu?” dengan wajah kebingunan, Donny bertanya kepada Yupi.


“Sudah habis..” jawab Yupi dengan begitu polosnya.


Wajah Yupi yang tadi polos tiba-tiba terlihat memerah, sambil mengarahkan pandangannya kesamping bawah, dan dengan suara yang pelan, Yupi berkata sesuatu kepada Donny.


“Mau kah kau membelikan satu lagi untukku...?”


“...................”


Donny tak dapat berkata apa-apa setelah mengetahui es krim Yupi ternyata sudah habis. Benar-benar diluar dugaannya. Padahal tadi dia hanya sebentar berbicara dengan pelayan.


“Di-dia ini... Ternyata benar-benar maniak es krim...” batinnya.


“Iya.. Iya..Tunggu sebentar, akan ku pesan lagi untukmu..”



*[Skip] Beberapa saat setelah mereka selesai makan es krim...



Kemudian... Setelah Donny selesai membayar, mereka berdua pun akhirnya pergi dari kedai es krim tersebut.


Saat dijalan, ada sedikit yang berbeda dengan Yupi, karena saat itu dia terlihat sedang memegang sebuah balon gas berwarna ungu dengan tulisan -Gloria Ice Cream- berwarna emas ditengahnya.


“Es krimnya enak sekali ya.... Tadi itu adalah es krim terenak yang pernah kunikmati selama hidupku... Terimakasih sudah mau membelikannya untukku...” ucap Yupi seraya tersenyum puas kearah Donny.


“Haaaaah...” Donny menghela nafas pelan.


“....Aku tidak menyangka kau mampu menghabiskan 3 mangkok es krim sendirian... Kau ini benar-benar maniak es krim ya?” tanya Donny dengan ekspresi wajah lesu yang tertuju lurus kedepan tanpa menoleh kearah Yupi sedikitpun.


“Hihihi... Habisnya, es krimnya enak sekali sih. Aku juga tidak tau kalau beli 3 es krim ternyata bisa dapat hadiah balon seperti ini..” jawab Yupi.


“Owh iya, aku belum tahu siapa namamu, boleh aku tahu siapa namamu?” tanya Yupi.


Donny pun langsung menoleh kearah Yupi yang sedang berjalan disampingnya itu, “Sekarang apa lagi?” Pikirnya.


Ekspresi Donny saat itu benar-benar terlihat sudah mulai bosan, dia juga mulai merasa lelah karena sejak tadi pagi dia memang ingin mencari tempat penginapan untuk beristirahat.


“Hei.. Siapa namamu?” Yupi kembali mengulang pertanyaannya.


Karena merasa tidak enak membuat Yupi terlalu lama menunggu, Donny pun akhirnya memberitahukan siapa namanya.


“Namaku Donny.. ”


“Heeee~ Jadi.. Namamu Donny ya..??”


“....Kau sendiri, siapa namamu?”


“Hmmm... Namaku Cindy Yuvia.”


Dengan senyum polos diwajahnya, Yupi pun memberitahukan namanya kepada Donny.


“Eh?”


Tiba-tiba Donny terhenti dari langkahnya, dia benar-benar dibuat terkejut, bukan karena Yupi yang tersenyum kepadanya, melainkan karena nama yang baru saja disebutkan Yupi. Entah kenapa nama 'Cindy Yuvia' seperti pernah didengarnya, dan nama itu juga sudah terasa tidak asing lagi baginya. Donny merasa pernah mendengar nama itu disuatu tempat, tapi entah dimana dan kapan, yang pasti dia benar-benar sudah lupa.


“Cindy ya...? Hmm...”


“....A-ada apa?” tanya Yupi yang merasa heran ketika melihat Donny sedang meletakkan tangan kedagunya seraya menatapnya dengan tatapan yang terlihat seperti sedang bertanya sesuatu didalam hatinya.


“Tidak, tidak ada apa-apa.. Hanya saja, setelah dipikir-pikir, tubuhmu mungil juga ya? Terlihat seperti anak kecil... Hahaha” Dengan sedikit bercanda, Donny menjawab.


“Eh— ?” Yupi benar-benar kaget, ternyata itu yang dipikirkan Donny barusan “Ja-jangan menyebutku seperti itu! Asal kau tau saja... Meskipun aku terlihat seperti anak kecil, tapi sebenarnya aku ini sudah dewasa tau!”


“Hah? Apa benar..?”


“Te-tentu saja! ....Apa aku terlihat seperti sedang berbohong?”


“Hmmm... Begitu ya?”


Donny kembali meletakkan tangan kedagunya, dia masih terlihat tidak percaya, dalam hatinya terus bertanya-tanya, apa benar yang dikatakan Yupi? Habisnya, wajahnya benar-benar terlihat imut seperti anak kecil.





HYUUUUUUUSSSSS.....




Angin tiba-tiba berhembes dengan sangat kencang, membuat balon yang dipegang Yupi saat itu tiba-tiba terlepas dari pegangannya hingga membuat balon itu terbang tertiup angin.


“Eh—? Balonku!!”  Yupi berteriak kaget ketika melihat balonnya terbang ditiup angin.


Tanpa berpikir panjang, Yupi pun dengan nekat lari mengejar balonnya itu dengan sekuat tenaga.


“He-hei.. Tunggu! Kau mau kemana?”


Donny yang melihat Yupi berlari mengejar balonnya itu sendirian, akhirnya juga ikut mengejarnya.




***




Yupi dan Donny yang sejak tadi berlari-lari hanya untuk mengejar sebuah balon, akhirnya terhenti disebuah jalan raya yang dipenuhi dengan kerumunan orang-orang. Hal ini pun semakin membuat mereka kesulitan menemukan balon yang sudah sejak tadi terbang ditiup angin.


Dengan nafas terghengak-hengak, Yupi terus berlari melewati orang-orang sambil terus melihat sekelilingnya. Dia terus berusaha mencari balonnya yang sudah menghilang, terbang entah kemana.


“Hah.. Hah.. Hei.. Bisakah kita istirahat sebentar..?”


Karena merasa cukup lelah, dan kakinya juga sudah mulai terasa berat, Donny pun mengajak istirahat kepada Yupi yang sedang berlari didepannya itu. Namun, ajakannya itu ternyata tidak dihiraukan Yupi sama sekali. Karena dari awal Yupi memang tidak pernah menyuruh Donny mengikutinya.


“Eh? Itukan...?” Dari kejauhan, tiba-tiba Yupi melihat balonnya yang tengah melayang-layang diudara karena ditiup angin. Tapi, jaraknya terlihat sangat jauh.


“Balonku..!!!”


Tidak peduli meskipun jaraknya sangat jauh, Yupi pun tetap mencoba mengejar balonnya itu sampai dapat.


“Haaah— dia ini, merepotkan sekali... Hanya karena sebuah balon saja, dia jadi nekat mengejarnya sampai seperti itu.. Kalau sampai terjadi sesuatu bagaimana?”  gumam Donny dengan nada sedikit kesal.


Itulah alasan kenapa Donny terus mengikuti Yupi sejak tadi, bukan karena ingin membantunya mendapatkan balon tersebut, melainkan karena dia takut kalau sampai terjadi sesuatu dengan Yupi.


Setelah cukup lama melayang-layang diudara, akhirnya balon itu sampai disebuah dataran dengan hamparan rumput yang bisa dibilang sangat luas. Terasa aneh memang, karena ditempat itu sudah tidak terlihat lagi ada gedung-gedung dan bangunan lainnya yang berjejer rapi seperti yang ada dipusat kota.


Mungkin balon itu sudah terbang sampai kedaerah pinggiran kota Villian.


“Hah... Hah... Akhirnya! Sebentar lagi aku akan mendapatkanmu!” teriak Yupi dengan begitu percaya diri.


Tidak disangka, ternyata Yupi masih mengejar balonnya itu.


“Jauh sekali! Sialan.. Tidak kusangka balon itu akan membawa kami sampai ketempat ini!” gumam Donny.


Yupi terus mengarahkan pandangannya ke balon yang ada dihadapannya itu, terbangnya balon itu juga sudah mulai tidak tinggi lagi. Yupi pun mulai mengulurkan tangan untuk menggapai sebuah benang yang ada dibagian bawah balon tersebut.


“Hampir dapat!” teriaknya.


Namun, angin tiba-tiba kembali berhembus, dan membuat balon itu kembali terbang menjauhi Yupi.


“Eh? Balonnya??!!”


Yupi pun kembali mengejar balon itu.


Meskipun sudah ditiup angin, tapi balon itu tetap terbang pada ketinggian yang sama seperti sebelumnya, (tidak terlalu tinggi/masih bisa digapai Yupi jika dia melompat).


“Di-dia....” Donny yang saat itu sedang berlari dibelakang, benar-benar tidak menyangka, kalau Yupi ternyata orangnya tidak mudah menyerah. Dia juga sedikit kagum ketika melihat Yupi yang sedikit lagi hampir mendapatkan apa yang sudah dikejarnya sejak tadi, yaitu balonnya.


Akan tetapi...


“Loh...? Itu kan??” Donny sangat terkejut ketika dia melihat ada sebuah sungai didepan Yupi.


Meskipun ukuran sungai itu kecil, dan jaraknya juga masih cukup jauh, tapi Donny sudah punya firasat buruk kalau Yupi akan...





Jatuh kesungai tersebut.





“Hei! Kau! Berhenti..!!!” teriak Donny.


Teriakkan Donny barusan sepertinya percuma, karena Yupi benar-benar tidak menghiraukannya. Pandangan matanya juga hanya tertuju lurus kearah balon, karena itulah Yupi tidak sadar kalau ada sebuah sungai didepannya.


Bukan hanya sungai itu saja, Yupi bahkan tidak sadar kalau topinya baru saja terlepas dari kepalanya.


“Di-dia hanya fokus ke balon? Yang benar saja? Kalau begini terus, dia akan.... Oi!! Serius nih??” gumam Donny.


Drap!!! Dengan sangat cepat Donny langsung melemparkan tasnya kebelakang.


“Sialaaaaan!!!!”


Tubuh Donny tiba-tiba bergerak sendiri, dengan begitu cepatnya dia berlari hingga berhasil melewati Yupi yang juga sedang berlari didepannya. Yupi yang saat itu melihat Donny berlari melewatinya juga dibuat terkejut.


“Sialan! Aku tidak bisa berhenti! Tubuhku bergerak sendiri!” gumamnya sembari menjulurkan tangan kearah balon tersebut.


“Si-siaaaaall!!!!”


Donny melompat, menggapai sebuah benang, dan...




BYUUUUURRR!!!!!




Bukan Yupi yang ternyata masuk kesungai tersebut, melainkan Donny lah yang menjadi korbannya. Yah, meskipun disisi lain, dia juga sudah berhasil mendapatkan balon milik Yupi.


[Lebih baik diri kita sendiri yang tercebur kesebuah sungai, daripada harus melihat orang lain yang mengalaminya. Apa lagi yang harus mengalaminya adalah seorang perempuan.]


Yahaha, mungkin seperti itulah yang sempat terlintas dipikiran Donny barusan.



***



Dipinggiran sungai...


Sungainya memang tidak dalam, akan tapi, meskipun tidak dalam, sungai itu tetap mampu membuat Donny basah kuyup.


“Haaaaah... Untung saja kacamataku tidak apa-apa..” gumam Donny sembari memeriksa seluruh bagian kacamatanya.


“Ma-maaf...” Dengan suara pelan, sambil menundukkan wajahnya kebawah, Yupi meminta maaf kepada Donny.


Meskipun Donny baik-baik saja dan sekarang Yupi juga sudah berhasil mendapatkan balonnya kembali, namun ternyata hal itu tetap tidak bisa menghilangkan rasa bersalah yang tengah dirasakan Yupi. Yupi benar-benar merasa sangat bersalah. Dia merasa dirinyalah yang sudah membuat Donny tercebur kedalam sungai.


“Lain kali kalau mau mengejar sesuatu, lihatlah area sekelilingmu..”


“I-iya... Aku benar-benar minta maaf.. Tolong maafkan aku.. Karena aku kau jadi basah kuyup begitu... Sekali lagi, tolong maafkan aku...”


“Oi.. Oi.. Sudahlah... Tidak apa-apa.. Kau tidak perlu meminta maaf sampai seperti itu... Yang tadi itu jangan terlalu dipikirkan..” Karena merasa kasian melihat Yupi yang terus meminta maaf kepadanya dari tadi, Donny pun akhinya memaafkannya.


Akan tetapi, meskipun sudah mendengar Donny memaafkannya, namun tetap saja Yupi masih merasa bersalah.


Donny juga sudah memutuskan, kalau dia ingin istirahat sebentar ditempat itu sambil menunggu pakaiannya kering. Donny juga mengatakan kepada Yupi, kalau dia mau pulang, maka silakan saja, itu karena Donny tidak mau membuat Yupi repot hanya karena menemaninya ditempat itu.


Namun, bukannya mendengarkan perkataan Donny dan memilih pulang, ternyata Yupi lebih memilih menemani Donny ditempat itu. Yupi merasa mungkin itu bisa sedikit menebus kesalahannya kepada Donny.






***






“Hei... Sudah berapa lama kita diam ditempat ini? Bagaimana kalau kita kembali?” tanya Donny.


“Ke-kembali? Tapi... Pakaianmu kan masih basah?”


“Tidak apa-apa... Sudah tidak terlalu basah lagi kok, nanti juga kering sendiri kalau sambil jalan. Daripada itu, bagaimana denganmu? Apa kau tidak takut kalau nanti dimarahi kedua orang tuamu?”


Mendengar Donny bertanya seperti itu, tiba-tiba wajah Yupi langsung tertunduk kebawah.


“Tidak... Tidak apa-apa kok... Orang tauku juga tidak mungkin memarahiku...”


“Ha? ...Benarkah? Kenapa bisa begitu?”


“Itu...” Yupi sempat terdiam beberapa saat, menghela nafas pelan, dan kembali melanjutkan.


“Itu karena mereka sudah tidak ada lagi... Mereka berdua sudah meninggal seminggu yang lalu...”


'Meninggal?' Ya, benar, memang itulah yang dikatakan Yupi. Tapi kenapa dia tidak langsung mengatakan dibunuh saja seperti kenyataannya? Tentu saja, itu karena Yupi tidak mau memperpanjang pembicaraan mengenai kedua orang tuanya lebih jauh lagi. Karena jika dia bilang dibunuh, maka kalian juga pasti tahu, kalau Donny mungkin akan langsung bertanya apa penyebab dan siapa pembunuhnya? Yah, dan itu memang akan memperpanjang pembicaraan mengenai kedua orang tua Yupi. Dan tidak menutup kemungkinan hal itu akan membuat Yupi kembali bersedih.


“Eh?”


Donny benar-benar terkejut setelah mendengar perkataan Yupi barusan. Donny juga mulai merasa tidak enak karena melihat wajah Yupi yang tiba-tiba terlihat sedih. Dia merasa ini pasti salahnya karena sudah bertanya seperti itu kepada Yupi. Dan dengan penuh rasa penyesalan, Donny pun meminta maaf kepadanya.


“A-anu... Maaf... Maaf sudah bertanya seperti itu... Aku tidak tahu kalau kedua orang tuamu sudah... Ah... Aku juga tidak bermaksud membuatmu bersedih... Jadi...”


“Hahaha... Tidak apa-apa kok..” potong Yupi.


“Barusan aku memang sempat sedih... Tapi itu bukan salahmu kok... Tadi itu aku hanya sempat teringat dengan mereka berdua... Dan... Yah, yang penting sekarang aku sudah tidak sedih lagi... Jadi kau jangan khawatir... Kau juga tidak perlu merasa bersalah karena ucapanmu tadi...”


“Be-benarkah...?” tanya Donny.


“Ya! Itu benar...” jawab Yupi sembari tersenyum lepas kearah Donny.


Untuk seorang wanita yang baru saja kehilangan kedua orang tuanya, Yupi memang bisa dibilang benar-benar kuat. Dia mampu menyembunyikan kesedihannya itu, dengan senyum diwajahnya...


“Begitu ya? ....Kalau begitu bagaimana kalau kuantar kerumahmu saja?” tanya Donny.


“Itu juga tidak perlu...”


“...Kenapa?”


“Karena aku tidak punya rumah...”


“Tidak punya rumah? Maksudmu..?”


“...Waktu dikedai tadi kau sempat bilang kalau kau cuma seorang pendatang kan? Nah, aku juga sama sepertimu... Aku baru satu minggu tinggal di kota ini, dan sekarang aku tinggal disebuah penginapan dengan dua orang temanku.. ”


“.....Ja-jadi begitu ya? Tidak kusangka, ternyata kau juga seorang pendatang... Eh? Tunggu dulu... Kau bilang satu minggu? Bukankah itu waktu yang sama ketika kedua orang tuamu meninggal?”


Sempat diam beberapa saat, Yupi pun berkata kepada Donny...


“Maaf... Aku tidak bisa menceritakan semuanya kepadamu lebih dari ini... Kuharap kau bisa mengerti...”


Perkataan Yupi barusan seakan menegaskan, kalau dia memang tidak mau melanjutkan pembicaraan lebih jauh lagi.


“....Ka-kau benar, aku memang tidak seharusnya menanyakan hal itu kepadamu.. Maaf...”


***


Beberapa saat kemudian, Yupi tiba-tiba terdiam, dan disaat bersamaan angin tiba-tiba kembali berhembus, hingga membuat suasana disana tiba-tiba menjadi sedikit seram, mengingat hanya ada mereka berdua saja ditempat itu.


“Ke-kenapa aku tiba-tiba jadi merinding ya?” sambil memegang tengkuknya, Donny kembali bergumam dalam hatinya.


“Hei... Cindy... Bagaimana kalau kita pergi dari tempat ini? Entah kenapa... Aku tiba-tiba merasa tidak enak terlalu lama berada disini...”


Mendengar Donny memanggilnya Cindy, Yupi pun menghela nafas sejenak, dan kemudian menatap Donny dengan ekspresi datarnya.


“Maaf.. ” ucapnya “Dari tadi kau selalu memanggilku dengan Cindy... Sebenarnya, namaku bukan itu, panggil saja aku Yupi...”



Deg!



“.....Yupi?” seketika Donny bertanya dalam hatinya.



Deg!



“Eh...? Yupi katanya?”



Deg!



Perasaan aneh tiba-tiba dirasakan Donny. Dan dengan perlahan, perasaan merinding yang tadi dirasakannya kini mulai bertambah hebat. Wajahnya juga tiba-tiba terlihat memucat.


'Yupi'... Mungkin itulah yang sebelumnya sempat membuat Donny berpikir pernah mendengar nama 'Cindy Yuvia' disuatu tempat. Dan kini dia juga mulai mengingat sesuatu...


“Kau tidak tahu kerajaan permen..?? ....Seminggu yang lalu, ada yang menghancurkan kerajaan itu dalam satu malam. Berita kehancurannya juga sudah menyebar dengan sangat cepat. Dan dalam satu minggu ini, sudah ada tiga kali yang mengungsi ke kota ini...”


Sepenggal ucapan dari salah seorang pria yang sebelumnya sempat mereka temui tadi pagi tiba-tiba terlintas dipikiran Donny.


“Eh? Se-seminggu...?” batinnya. Keringat pun mulai mengalir dipelipisnya.


“Kau tahu..? Ketika beberapa anggota NED ditugaskan untuk mencari beberapa korban yang masih selamat, ternyata mereka menemukan raja dan ratu dari kerajaan itu dalam keadaan sudah tak bernyawa lagi, semua yang ada di istana itu juga tidak ada yang selamat..”


“.....Semuanya? ....Tidak ada yang selamat?” sambil menelan ludah, Donny kembali bergumam dalam hatinya.


“Itu karena... Mereka sudah tidak ada lagi... Mereka berdua sudah meninggal, seminggu yang lalu...”


Perkataan Yupi sebelumnya yang mengatakan kalau kedua orang tuanya sudah meninggal seminggu lalu, juga terlintas dipikiran Donny.


“A-apa—?” kebetulankah? Entah kenapa, perasaan mencekam tiba-tiba dirasakan Donny.


“....Dan ada satu orang lagi yang masih belum mereka temukan sampai sekarang, YAITU PUTRI YUPI... si putri kerajaan yang sangat terkenal itu... Yang kemungkinan besarnya juga sudah mati... Itulah yang dikatakan NED..”


“...Eh?? ...Yu-Yupi...?? Yupi..??”


Rasa merinding yang tengah dirasakan Donny kini mulai menggila. Seluruh tubuhnya juga terlihat bergetar hebat.


“....Ada apa?” tanya Yupi dengan nada dan raut wajah datar.






“....Dan ada satu orang lagi yang masih belum mereka temukan sampai sekarang, YAITU PUTRI YUPI...”






“Yang kemungkinan besarnya juga sudah mati...”






“Sudah mati...”






“Mati...”






“Gyaaaaaaaaaaa!!!!”


Donny berteriak histeris.


“.. Ja-Jadi... Jadi selama ini kau juga sudah mati ya??!! Dan sekarang... Arwahmu gentayangan, iyakan???!!!”


“Eh?” Yupi tiba-tiba merasa bingung dengan apa yang dikatakan Donny.


“Jangan-jangan... Yang tadi itu... Yang tadi itu adalah salah satu caramu untuk membuatku mati ya...? Kau..! Kau..! Kau hanya pura-pura mengejar balon kan...? Padahal kau hanya ingin membawaku kesungai itu agar bisa membunuhku kan? Jawablah...” Donny bertanya dengan sangat gemeteran.


“Eh? Apa yang kau katakan? Bicaralah dengan pelan... Aku tidak mengerti...”


Yupi semakin tidak paham dengan apa yang diucapkan Donny. Dia pun mencoba mendekati Donny yang saat itu terlihat begitu gemetar dan ketakutan.


“Gyaaaa!!!! Menjauhlah!!!” Donny berteriak dengan sangat keras dan lari meninggalkan Yupi sendirian.


Karena terkejut dan tidak mengetahui apa yang membuat Donny lari, Yupi pun akhirnya juga ikut lari untuk mengejarnya.


“Tu-tunggu... Kenapa kau tiba-tiba lari begitu?”


“Waaaa!!! Menjauhlah dariku, Hantu!!!”


“Ha-hantu kau bilang...?? Dimana?? Jangan berbohong! Kau mau menakut-nakutiku ya???!!”


Ternyata Yupi masih belum sadar kalau yang dimaksud Donny hantu itu adalah dia sendiri. Dan seketika wajah Yupi juga terlihat memucat setelah dia mendengar kata 'Hantu'. Yah, Mungkin inilah yang akan terjadi jika ada dua orang yang sama-sama takut hantu saling bertemu, lalu terjadi salah paham..


Berputar-putar, dan saling kejar-mengejar...


“....Jangan mendekat!! Tolong jangan membunuhku! Aku belum siap untuk mati! Aku juga belum menikah! Carilah siapa saja yang mau kau bunuh...!! yang penting bukan aku!!”


“Eh—? Kau...?” tiba-tiba, Yupi baru saja tersadar kalau yang disebut Donny hantu sejak tadi, ternyata dirinya sendiri. “....Jadi yang kau sebut hantu dari tadi itu aku ya??!!” tanyanya dengan sangat kesal.


“Hah... Hah... Memangnya siapa lagi..?! Kau itu memang hantu kan...? Berhentilah mengejarku dan pergilah dari sini...!!”


Saat itu Donny benar-benar ketakutan, saking takutnya, dia bahkan lari dengan menutup kedua matanya.


Yupi pun mendapat sebuah ide, dia berniat mengambil arah memutar untuk mengejar Donny, dengan begitu, mereka pun akan bertemu dengan berlawanan arah nantinya...


Yupi kini mulai mengambil arah memutar...


Dekat...


Semakin dekat...


Mereka sudah semakin dekat....


Dan...


PLAAAAAKKK!!!!


“Ugh...”


“Sadarlaaah!!”


Yang barusan itu, sebuah tamparan 'keras' dan 'berkelas' dari Yupi baru saja mendarat dipipi Donny dengan sangat telak.


“Aku ini masih hidup tau! Kau tidak bisa membedakan mana hantu, dan mana manusia ya...?!!!” tanya Yupi dengan nada suara yang cukup tinggi. “Jawablah... Kenapa kau hanya diam saja??!!”


“Buh...” seketika Donny pingsan ditempat.


“Eh—?” Yupi kaget, dia tidak menyangka kalau tamparannya barusan bisa membuat Donny pingsan.


“Kyaaaaaaaaa..... Di-dia pingsan? Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan??!! Apa ini karena tamparanku tadi...? Masa sih tamparanku barusan sekeras itu...?”


Dan akhirnya, Yupi pun jadi panik sendirian ditempat itu...






****





Diatas jembatan kecil...


“Haaaah.... Donny lama sekali ya? Aneh sekali, tidak biasanya dia begini... Biasanya kan kalau sudah ketemu tempat penginapan, dia pasti selalu mencari kita dan memberitahukan dimana tempatnya... Tapi kenapa sampai sekarang dia tidak muncul juga ya?” dengan raut wajah yang terlihat bosan, Theo bertanya kepada Naomi dan Ghaida yang saat itu sedang berdiri disampingnya.


“Apa mungkin terjadi sesuatu padanya?”  tanya Ghaida.


“Oi...? Itu tidak mungkin kan? Lagipula mana ada monster dikota ini..” sahut Theo.


Sempat diam beberapa saat, Naomi pun berkata kepada mereka berdua.


“Theo, Ghaida... Bagaimana kalau kita bertiga berpencar untuk mencari Donny? Aku tidak berpikir terjadi sesuatu padanya sih, tapi tidak ada salahnya kan kita mencari dia?”


“.......Naomi?” Ghaida sedikit terkejut ketika mendengar Naomi yang tiba-tiba berkata seperti itu.


“.....Hm, menurutku perkataanmu itu ada benarnya juga... Baiklah, kalau begitu ayo kita cari dia...”


Setelah Theo berkata seperti itu, mereka bertiga pun akhirnya berpencar untuk mencari Donny.





***





Beberapa menit kini telah berlalu setelah mereka bertiga berpencar, dan kini Ghaida telah sampai disebuah jalan raya yang penuh dengan kerumunan orang-orang yang sedang berjalan dijalan tersebut. Yah, tidak salah lagi, jalan itu tadinya memang sempat dilewati Donny dan Yupi ketika mereka sedang mengejar balon.


“Si kacamata itu pergi kemana sih? Benar-benar merepotkan... Awas saja nanti kalau sudah ketemu...” gumam Ghaida sembari melihat sekelilingnya dengan ekspresi wajah yang terlihat begitu kesal.


Ditengah-tengah kerumunan itu, tiba-tiba terjadi sebuah hal yang tak terduga.







Wuuuussshhhh......







Seketika pada saat itu, semua yang ada didekat kerumunan terlihat seakan berjalan dengan lambatnya ketika dua aura kuat saling bertemu dari arah yang berlawanan....






Ghaida yang saat itu berjalan dengan tudung jaket menutupi kepalanya, berpapasan dengan Rona ditengah-tengah kerumunan tersebut....






Saling berpapasan tanpa ada yang menoleh diantara keduanya....






...Dan tak lama kemudian, semuanya pun terlihat kembali normal seiring dengan terpisahnya mereka berdua...





Satu kata yang dapat menggambarkan saat-saat mereka berdua berpapasan tadi, 'Keren'. Yah, mungkin itulah kata yang paling cocok.




Tiba-tiba langkah Rona terhenti ditengah kerumunan, dengan perlahan dia pun menoleh kebelakang...


“Yang barusan itu...? Vampir kah??”


Rona memiliki sebuah keunikan yang tidak dimiliki orang lain/orang biasa pada umumnya. Yaitu dia dapat merasakan aura seorang vampir. Benar-benar sebuah keunikan, mengingat kenyataan bahwa dia bukanlah seorang Chellia.


Yah, sudah jelas, itu berarti dia sempat merasakan aura vampir ketika sedang berpapasan dengan Ghaida tadi.


Namun, yang dia dapati saat menoleh kebelakang, hanyalah sekumpulan orang-orang yang sedang berjalan disana. Tidak ada ciri-ciri maupun gerakan mencurigakan yang memperlihatkan adanya keberadaan seorang vampir didekat sana, seperti seseorang dengan rambut berwarna putih misalnya.


Tiba-tiba, terdengar seseorang memanggil Rona...


“Hoooi!!! Rona...”


Mendengar ada yang memanggilnya, Rona pun langsung mengalihkan pandangannya kearah sumber suara.


Orang yang memanggilnya itu ternyata Alex. Dari seberang jalan terlihat dia sedang melambaikan tangan kearah Rona. Tanpa membuang waktu lagi, Rona pun langsung mendatangi Alex yang saat itu sedang berdiri menunggunya sendirian.


“Bagaimana? Kau sudah menemukan tuan putri?” Alex bertanya dengan penuh rasa cemas.


“Tidak, aku masih belum menemukannya...” Jawab Rona dengan eskpresi datar.


“Haaaaah... Bagaimana ini...? Sudah sejak tadi pagi dia menghilang dan sekarang belum kembali juga.... Aku sangat takut kalau sampai terjadi sesuatu padanya...”


“Tenanglah, kau tidak perlu sampai secemas itu... Aku yakin dia masih berada di kota ini. Mana mungkin kan dia berani pergi meninggalkan kota sendirian? Aku yakin kau juga pasti tau itu...”


“Be-benar juga sih... Tapi biar bagaimana pun, aku tetap tidak bisa tenang begitu saja kalau belum menemukan tuan putri...”


“Haaaaah... Kau ini...  ”


Rona menghela nafas pelan, diam beberapa saat, dan kembali melanjutkan...


“Owh iya Alex... Beberapa saat yang lalu, aku sempat merasakan ada aura vampir didekat sini...”


“Eh? Benarkah? ...Berarti ada vampir dikota ini?” Dengan sangat terkejut Alex bertanya.


“....Entahlah, aku belum bisa memastikannya, soalnya, aku baru kali ini merasakan aura yang seperti itu...”


“Maksudmu...?”


“Auranya begitu kecil, tidak seperti vampir pada umumnya... Dan begitu cepat menghilang, karena itulah tadi aku tidak bisa menemukannya... ”


Alex terdiam setelah mendengar perkataan Rona barusan. Meskipun begitu, dia tetap percaya dengan yang dikatakan Rona, karena dari dulu Rona memang tidak pernah salah saat merasakan aura vampir. Dan dengan sedikit bercanda, Alex berkata...


“...Mungkin itu bayi vampir”


“Bodoh!” spontan Rona menyahut.


“Hahaha. Maaf-maaf aku hanya bercanda..”


Tak lama kemudian, dengan perlahan Rona memalingkan badannya, dan bersiap pergi kesuatu tempat.


“Alex, teruslah mencari Yupi sendirian...” ucapnya.


“Hah? Memangnya kau mau kemana..?”


“.....Aku ingin memastikan sekali lagi, aura yang sempat kurasakan tadi... Aku akan mencarinya sendirian...”


Kemudian Rona sedikit menoleh kearah Alex.


“....Dan membunuhnya!”






To Be Continued..............................




====================================================================================





***Sedikit Curhat Dari Author***


Nada suara sudah disetting agar mirip seperti mas Gintoki.

:v


Hallo... Eehh... Selamat malam, selamat pagi, selamat siang, atau selamat sore untuk kalian yang sudah selesai membaca fanfict ini.


Ano.. Sebelumnya... Terimakasih masih setia mengikuti fanfict DM ini.


Eeeh... Maaf ya baru bisa update... Dan, eh? Jadi sudah 2 bulan lebih ya sejak chapter 11 diupdate?


Gomen... Gomen... :3


Kalian tahu? Akhir-akhir ini aku benar-benar sibuk.... Setiap hari aku selalu mengawasi Kagura dan Shinpachi agar mereka tidak malas...


Ah, lupakan yang itu, kembali keinti.  (Maaf)


Padahal sempat beberapa kali mau mempublish chapter 12 ini, tapi karena merasa ada beberapa kesalahan, akhirnya aku mengurungkan niat...


Yah, meskipun begitu, 2 bulan itu rasanya tidak sia-sia karena hasil yang didapat adalah rekor, atau bisa dibilang chapter ini adalah chapter terpanjang yang pernah kubuat...


Dan, eeehh... Kalian pasti mengerti kan?


Oke, untuk chapter berikutnya, akan kuusahakan agar tidak terjadi hal semacam ini lagi (2 bulan baru update).


Jadi, itu... Kalian percayakan?


Oii... Kalian percaya kan?


Chapter berikut benar-benar akan kuusahakan agar tidak update selama itu... Percayalah...


Hei... Ayolah... Jangan menatapku seperti itu...


Oiii!!! Berhentilah menatapku seperti itu, nanti akan kubelikan kalian permen....


....Kalian masih menatapku seperti itu??


Baiklah, apa boleh buat...


Hei.. Lihat, ada piring terbang disana.


*Menghilang*



[Yahaha... Yang tadi itu cuma sekedar hiburan..]


Arigatou ^.^



(Dichapter berikutnya akan tersaji sebuah pertarungan antara Rona melawan Naomi!!.)



Terimakasih Buat @Omi_Zaya sudah mau menyumbangkan Ceritanya di JKT48 Story! buat kalian  yang ingin menyumbangkan cerita juga bisa klik Link berikut : Kirim FanFict Ditunggu ceritanya!~


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JKT48 STORY Designed by JKT48Story Copyright © 2016

Diberdayakan oleh Blogger.